FILSAFAT PENDIDIKAN "ALIRAN ESENSIALISME"
A. Pengertian Essensialisme
Essensialisme
adalah pendidikan yang didasarkan pada nilai-nilai kebudayaan yang sudah ada
sejak awal pradaban umat manusia. Esensialisme muncul pada zaman
renaisance. Aliran ini memberikan dasar berpijak pada pendidikan yang penuh fleksibilitas terbuka untuk perubahan, toleransi, dan tidak ada keterkaitan
dengan doktrin tertentu. Filsafat ini memandang pendidikan harus berpijak pada
nilai-nilai yang memiliki kejelasan dan tahan lama dan tata yang jelas, yang
memberikan kestabilan. Puncak refleks gagasan ini adalah pada pertengahan kedua
abad ke-19.
Renaisance
merupakan pangkal sejarah timbulnya konsep-konsep pikir. Tujuan umum aliran
esensialisme adalah membentuk prribadi yang bahagia di dunia dan akhirat, isi
pendidikanya mencakup ilmu pengetahuan, kesenian dan segala hal yang mampu
menggerakan segala kehendak manusia. Kurikulum sekolah bagi aliran ini semacam
miniatur dunia yang bisa dijadikan ukuran kenyataan, kebenaran, dan keagungan.
Salah satu tokoh dari aliran ini adalah Hegel, Robert Ulich, dan Butler .
Esensialisme
berpendapat bahwa dunia ini dikuasai oleh tata yang tiada cela yang mengatur
dunia beserta isinya dengan tiada cela pula. Esensialisme didukung oleh
idealisme modern yang mempunyai pandangan yang sistematis mengenai alam semesta
tempat manusia berada.
Adapun dasar filosofis dari aliran ini bahwa esensialisme merupakan gerakan pendidikan yang
bertumpu pada mazhab filsafat idealisme dan realisme. Meskipun aliran idealis dan realis berbeda pandangan filsafatnya, mereka sepaham bahwa (a) hakekat manusia
yang mereka anut memberi makna pendidikan bahwa anak harus menggunakan
kebebasannya dan memerlukan disiplin orang dewasa untuk membantu dirinya
sebelum dia sendiri dapat mendisiplinkan dirinya, (b) manusia dalam memilih
suatu kebenaran untuk dirinya sendiri dan lingkungan hidupnya mengandung makna
penidikan bahwa generasi muda perlu belajar untuk mengembangkan diri
setinggi-tingginya dan kesejahteraan sosia
B.
Ciri-Ciri
Aliran Esensialisme
Esesnsialisme berpendapat bahwa dunia
ini dikuasai oleh tata yang tiada cela yang mengatur dunia beserta isinya
dengan tiada cela pula. Esensialisme didukung oleh idealisme modern yang
mempunyai pandangan yang sistematis mengenai alam semesta tempat manusia
berada.
Esensialisme
juga didukung oleh idealisme subjektif yang berpendapat bahwa alam semesta itu
pada hakikatnya adalah jiwa/spirit dan segala sesuatu yang ada ini nyata ada
dalam arti spiritual. Realisme berpendapat bahwa kualitas nilai tergantung pada
apa dan bagaimana keadaannya, apabila dihayati oleh subjek tertentu, dan
selanjutnya tergantung pula pada subjek tersebut.
Ciri-ciri
lainnya:
1. Berkaitan
dengan hal-hal esensial atau mendasar yang seharusnya manusia tahu dan
menyadari sepenuhnya tentang dunia di mana mereka tinggal dan juga bagi
kelangsungan hidupnya.
2. Konsentrasi
studi pada materi-materi dasar tradisional seperti: membaca, menulis, sastra,
bahasa asing, matematika, sejarah, sains, seni, dan musik.
3. Pola
orientasinya bergerk dari skill dasar menuju skill yang bersifat semakin
kompleks.
4. Yakin
pada pengetahuan untuk kepentingan pengetahuan itu sendiri.
Disiplin
mental diperlukan untuk mengkaji informasi mendasar tentang dunia yang dialami
serta tertarik pada kemajuan masyarakat teknis
C.
Hubungan Essensialisme dengan Pendidikan
Orientasi pendidikan yang akhirnya menjadi
aliran filsafat pendidikan ini timbul pada awal tahun 1930-an, yaitu sejak
dunia barat, khususnya Amerika Serikat, menjadi negara-negara yang kehidupan
masyarakatnya dilingkupi oleh teknologi dan industrialisasi.
Esensialisme
juga didukung oleh idealisme subjektif yang berpendapat hahwa alam semesta itu
pada hakikatnya adalah jiwa/spirit dan segala sesuatu yang ada ini nyata ada
dalam arti spiritual. Realisme berpendapat bahwa kualitas nilai tergantung pada
apa dan bagaimana keadaannya, apabila dihayati oleh subjek
tertentu, dan selanjutnya tergantung pula pada subjek tersebut.
Menurut
idealisme, nilai akan menjadi kenyataan (ada) atau disadari oleh setiap orang
apabila orang yang bersangkutan berusaha untuk mengetahui atau menyesuaikan
diri dengan sesuatu yang menunjukkan nilai kepadanya dan orang itu mempunyai
pengalaman emosional yang berupa pemahaman dan perasaan senang tak senang
mengenai nilai tersehut. Menunut realisme, pengetahuan terbentuk berkat
bersatunya stimulus dan tanggapan tertentu menjadi satu kesatuan. Sedangkan
menurut idealisme, pengetahuan timbul karena adanya hubungan antara dunia kecil
dengan dunia besar. Esensialisme berpendapat bahwa pendidikan haruslah bertumpu
pada nilai- nilai yang telah teruji keteguhan, ketangguhan, dan kekuatannya
sepanjang masa.
Hubungan esensialisme dengan
pendidikan adalah sebagai berikut:.
1. Ruang
Lingkup :
semua jenjang dan jalur sama bagi semua peserta didik.
2. Sifat :
a. Seimbang,
baik kurikulum maupun prosesnya.
b. Kurikulum
yang seimbang ialah yang mengandung esensi dari ilmu-ilmu atau pengetahuan yang
diberikan kepada peserta didik.
c. Dalam
proses pendidikan, peran utama (authority) dipegang oleh guru atau pendidik.
3. Pendidikan
Tinggi :
a. tiada
kecuali, terbuka bagi semuanya.
b. Dalam
proses pendidikan, peran utama (authority) dipegang oleh pendidik atau pengajar.
D. Pola Dasar Pendidikan Essensialisme
1. Analisa dan Penafsiran:
Bahwa tidak semua teori pendidikan essensialisme selalu langsung berasal
dari filsafat essensialisme. Meskipun secara umum prinsip-prinsip utama
filsafat konsisten dengan teori pendidikannya, namun essensialis percaya bahwa
dalam pelaksanaan pendidikan diperlukan modifikasi, pelengkap, bahkan
penyimpangan (deviasi) dari ajaran-ajaran filosof tokoh dadar teori yang murni,
tetapi prakteknya memerlukan adaptasi dengan kondisi tertentu. Tidak semua
idealis dan realis dapat digolongkan essensialis dalam prinsip pendidikan.
Namun essensialis merupakan pemahaman yang bersumber kepada pendekatan idealis
dan realis atau kombinasi kedua aliran itu.
2. Pola Dasar
Pendidikan Essentialisme
Pola asasi pendidikan essentialisme hanyalah berhubungan dengan teori dasar
pendidikan. Sebab, soal-soal praktek pendidikannya adalah masalah praktis yang
disesuaikan dengan kondisi yang insidental.
3.
Pendidikan
Adapun pandangan tentang pendidikan dari tokoh pendidikan Renaisans yang pertama adalah Johan Amos Cornenius (1592 – 1670), yaitu agar segala sesuatu diajarkan melalui indra, karena indra adalah pintu gerbangnya jiwa. Tokoh kedua adalah Johan Frieddrich Herbart (1776 – 1841) yang mengatakan bahwa tujuan pendidikan adalah menyesuaikan jiwa seseorang dengan kebajikan Tuhan. Artinya, perlu ada penyesuaian dengan hukum kesusilaan. Proses untuk mencapai tujuan pendidikan itu oleh Herbart disebut sebagai pengajaran.
Adapun pandangan tentang pendidikan dari tokoh pendidikan Renaisans yang pertama adalah Johan Amos Cornenius (1592 – 1670), yaitu agar segala sesuatu diajarkan melalui indra, karena indra adalah pintu gerbangnya jiwa. Tokoh kedua adalah Johan Frieddrich Herbart (1776 – 1841) yang mengatakan bahwa tujuan pendidikan adalah menyesuaikan jiwa seseorang dengan kebajikan Tuhan. Artinya, perlu ada penyesuaian dengan hukum kesusilaan. Proses untuk mencapai tujuan pendidikan itu oleh Herbart disebut sebagai pengajaran.
Tokoh ketiga adalah William T. Harris (1835 – 1909) yang berpendapat bahwa
tugas pendidikan adalah menjadikan terbukanya realitas berdasarkan susunan yang
tidak terelakkan dan bersendikan kesatuan spiritual. Sekolah adalah lembaga
yang memelihara nilai-nilai yang telah turun-temurun, dan menjadi penuntun penyesuaian
orang pada masyarakat.
Dari pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa aliran esensialisme
menghendaki agar landasan pendidikan adalah nilai-nilai esensial, yaitu yang
telah teruji oleh waktu, bersifat menuntun, dan telah turun-temurun dari zaman
ke zaman sejak zaman (renaisans).
Essensialisme mempunyai tinjauan mengenai pendidikan yang berbeda dengan progressifisme. Kalau progressifisme menganggap bahwa banyak hal yang mempunyai sifat yang serba fleksibel dan nilai-nilai yang dapat berubah serta berkembang, essensialisme menganggap bahwa dasar pijak semacam ini kurang tepat. Dalam pendidikan, fleksibilitas dalam segala bentuk dapat menjadikan timbulnya pandangan yang berubah-ubah, pelaksanaan yang kurang stabil dan tidak menentu.
Pendidikan yang bersendikan tata nilai-nilai yang bersifat demikian ini dapat menjadikan pendidikan itu sendiri kehilangan arah. Dengan demikian, pendidikan haruslah bersendikan pada nilai-nilai yang dapat mendatangkan stabilitas. Agar dapat terpenuhi maksud tersebut nilai-nilai itu perlu dipilih agar mempunyai tata yang jelas dan yang telah teruji oleh wktu. Dengan demikian, prinsip essensialisme menghendaki agar landasan-landasan pendidikan adalah nilai-nilai yangessen sial
dan bersifat menuntun.
Essensialisme menekankan pentingnya pewarisan budaya dan pemberian pengetahuan dan keterampilan pada peserta didik agar dapat menjadi anggota masyarakat yang berguna. Matematika, sains, dan mata pelajaran lainnya dianggap sebagai dasar-dasar substansi kurikulum yang berharga untuk hidup di masyarakat. Sama halnya dengan perenialisme, essesialisme juga lebih berorientasi pada masa lalu.
Essensialisme mempunyai tinjauan mengenai pendidikan yang berbeda dengan progressifisme. Kalau progressifisme menganggap bahwa banyak hal yang mempunyai sifat yang serba fleksibel dan nilai-nilai yang dapat berubah serta berkembang, essensialisme menganggap bahwa dasar pijak semacam ini kurang tepat. Dalam pendidikan, fleksibilitas dalam segala bentuk dapat menjadikan timbulnya pandangan yang berubah-ubah, pelaksanaan yang kurang stabil dan tidak menentu.
Pendidikan yang bersendikan tata nilai-nilai yang bersifat demikian ini dapat menjadikan pendidikan itu sendiri kehilangan arah. Dengan demikian, pendidikan haruslah bersendikan pada nilai-nilai yang dapat mendatangkan stabilitas. Agar dapat terpenuhi maksud tersebut nilai-nilai itu perlu dipilih agar mempunyai tata yang jelas dan yang telah teruji oleh wktu. Dengan demikian, prinsip essensialisme menghendaki agar landasan-landasan pendidikan adalah nilai-nilai yang
Essensialisme menekankan pentingnya pewarisan budaya dan pemberian pengetahuan dan keterampilan pada peserta didik agar dapat menjadi anggota masyarakat yang berguna. Matematika, sains, dan mata pelajaran lainnya dianggap sebagai dasar-dasar substansi kurikulum yang berharga untuk hidup di masyarakat. Sama halnya dengan perenialisme, essesialisme juga lebih berorientasi pada masa lalu.
E.
Pengertian
Kurikulum Terhadap Aliran Esensialisme
Dalam
banyak literatur kurikulum diartikan sebagai suatu dokumen atau rencana
tertulis mengenai kualitas pendidikan yang harus dimiliki oleh peserta didik
melalui suatu pengalaman belajar. Pengertian ini mengandung arti bahwa
kurikulum harus tertuang dalam satu atau beberapa dokumen atau rencana
tertulis. Dokumen atau rencana tertulis itu berisikan pernyataan mengenai
kualitas yang harus dimiliki oleh seorang peserta didik yang mengikuti
kurikulum tersebut. Pengerian kualitas pendidikan di sini mengandung makna bahwa
kurikulum sebagai dokumen merencanakan kualitas hasil belajar yang harus
dimiliki oleh peserta didik, kualitas bahan/konten pendidikan yang harus dipelajari
peserta didik, kualitas proses pendidikan yang harus dialami peserta didik.
Kurikulum dalam bentuk fisik ini seringkali menjadi fokus utama dalam setiap
proses pengembangan kurikulum karena ia menggambarkan idea atau pemikiran para
pengambil keputusan yang digunakan sebagai dasar bagi pengembangan kurikulum
sebagai suatu pengalaman.
Aspek
yang tidak terungkap secara jelas tetapi tersirat dalam definisi kurikulum
sebagai dokumen adalah bahwa rencana yang dimaksudkan dikembangkan berdasarkan
suatu pemikiran tertentu tentang kualitas pendidikan yang diharapkan. Perbedaan
pemikiran atau ide akan menyebabkan terjadinya perbedaan dalam kurikulum yang
dihasilkan, baik sebagai dokumen maupun sebagai pengalaman belajar. Oleh karena
itu Olivia (1997:12) mengatakan “curriculum
itself is a construct or concept, a verbalization of an extremely complexidea
or set of ideas”.
Selain
kurikulum diartikan sebagai dokumen, para ahli kurikulum mengemukakan berbagai
definisi kurikulum yang tentunya dianggap sesuai dengan konstruk kurikullum
yang ada pada dirinya.
Perbedaan
pendapat para ahli didasarkan pada isu berikut ini:
1. Filosofi
kurikulum
2. Ruang
lingkup komponen kurikulum.
3. Polarisasi
kurikulum kegiatan belajar.
4. Posisi
evaluasi dalam pengambangan kurikulum.
Dalam
istilah yang digunakan Tanner dan Tanner (1980: 104) esensialisme memandang
kurikulum sebagai rencana untuk mengembangkan “academic excellence and
cultivation of intellect”. Bagi esensialisme beranggapan bahwa kurikulum
haruslah mengembangkan “modern needs through the fundamental academic
disciplines of Englingsh, mathematics, science, history, and modern languages” (Tanner
dan Tanner, 109: 109).
Dengan
transfer dan transmisi maka kurikulum menjadi suatu fokus pendidikan yang ingin
mengembangkan pada diri peserta didik apa yang sudah terjadi dan berkembang di
masyarakat. Kurikulum tidak menempatkan peserta didik sebagai subjek yang
mempersiapkan dirinya bagi kehidupan masa datang tetapi harus mengikuti
berbagai hal yang diangggap berguna berdasarkan apa yang dialami oleh orang tua
mereka. Dalam konteks ini maka disiplin ilmu memiliki posisi sentral yang
menonjol dalam kurikulum. Kurikulum dan pendidikan, haruslah mentransfer
berbagai disiplin ilmu sehingga peserta didik menjadi warga masyarakat yang
dihormati. Teori tentang IQ bekerja untuk terutama intelektualitas dalam
pengetian disiplin ilmu kaena logis yang dikembangkan dalam tes IQ adalah logis
disiplin ilmu dan secara lebih khusus adalah logika matematika. Oleh karena itu
tidaklah salah dikatakan bahwa matematika adalah dasar pengembangan pendidikan
logika.
Gambaran
serupa disajikan oleh Jacobs(1999) yang membahas mengenai kurikulum di Afrika.
Hal ini amat dipahami jika kurikulum diartikan dari pandangan kependidikan yang
menempatkan ilmu atau disiplin ilmu diatas segalanya (perennialisme ataupun
esensialisme). Jacobs (1999: 100), Longstreet dan Shane (1993), Print (1993),
Olivia (1997). Banyak kecaman terhadap pengertian kurikulum yang dikembangkan
dari pandangan filosofis ini walaupun dalam kenyataannya masih banyak orang dan
pengambil kebijakan yang menganut pandangan ini. Kurikulum di Indonesia masih
didominasi oleh pandangan ini. Konten kurikulum dalam pandangan ini adalah
materi yang dikembangkan dari disiplin ilmu, tujuan adalah penguasaan konsep,
teori, atau hal yang terkait dengan disiplin ilmu.
Beberapa
tokoh idealisme memandang bahwa kurikulum itu hendaklah berpangkal pada
landasan idiil dan organisasi yang kuat. Herman Harrel Horne dalam bukunya
mengatakan bahwa hendaknya kurikulum itu bersendikan alas fundamen tunggal,
yaitu watak manusia yang ideal dan ciri-ciri masyarakat yang ideal. Kegiatan
dalam pendidikan perlu disesuaikan dan ditujukan kepada yang serba baik. Atas
ketentuan ini kegiatan atau keaktifan anak didik tidak terkekang, asalkan
sejalan dengan fundamen-fundamen yang telah ditentukan.
Bogoslousky,
mengutarakan di samping menegaskan supaya kurikulum dapat terhindar dari adanya
pemisahan mata pelajaran yang satu dengan yang lain, kurikulum dapat
diumpamakan sebagai sebuah rumah yang mempunyai empat bagian:
1.
Universum
Pengetahuan merupakan latar
belakang adanya kekuatan segala manifestasi hidup manusia. Diantaranya adalah
adanya kekuatan-kekuatan alam, asal usul tata surya dan lain-Iainnya. Basis
pengetahuan ini adalah ilmu pengetahuan alam kodrat yang diperluas.
2. Sivilisasi:
Karya yang dihasilkan manusia
sebagai akibat hidup masyarakat. Dengan sivilisasi manusia mampu mengadakan
pengawasan tcrhadap lingkungannya, mengejar kebutuhan, dan hidup aman dan
sejahtera
3. Kebudayaan:
Kebudayaan merupakan karya manusia
yang mencakup di antaranya filsafat, kesenian, kesusasteraan, agama, penafsiran, dan penilaian mengenai lingkungan.
4. Kepribadian:
Bagian yang
bertujuan pembentukan kepribadian dalam arti riil yang tidak bertentangan
dengan kepribadian yang ideal. Dalam kurikulum hendaklah diusahakan agar
faktor-faktor fisik, fisiologi, emosional dan ientelektual sebagai keseluruhan,
dapat berkembang harmonis dan organis, sesuai dengan kemanusiaan ideal
Tidak ada komentar:
Posting Komentar